Rabu, 18 Maret 2009

Abu Nawas, Koja Nasruddin, Si Kabayan

Itulah sebabnya karakter Si Kabayan Itu paradoks. Pada suatu ketika ia bisa sangat bodoh, tidak bisa membedakan mayat dan orang hidup. Pada ketika lain dia amat cerdas sehingga dapat menyadarkan mertuanya mengakui kesalahannya. Ada kemungkinan bahwa tokoh Si Kabayan merupakan campuran dari cerita-cerita si bodoh dan si cerdas. Teman-teman bodohnya terdapat di berbagai suku di Indonesia yang dikenal sebagai Si Pandir, Joko Bodo, dan Ama ni Pandir di Batak, sedangkan tokoh cerdasnya ada di Melayu, yaitu Si Luncai.
SI Kabayan ternyata punya saudara-saudara tua di dunia Arab, yaitu tokoh sufi Abu Nawas, Koja Nasruddin, dan Junayd. Ketiga tokoh "Arab" ini menampilkan diri sebagai sosok yang cerdas dan bodoh yang menimbulkan efek humor. Begitu pula Si Kabayan yang dilahirkan di daerah Banten.
Dan Si Kabayan berkarakter dua-duanya. Jadi, Si Kabayan itu gabungan dari Abu Nawas dan Koja Nasruddin... Si Kabayan itu pemalas, suka makan enak, suka sekali tidur, banyak menganggur, miskin, dan jarang bersosialisasi. Watak yang kurang terpuji di zaman modern ini. Tampaknya, itu sengaja digambarkan demikian oleh para pengarang ceritanya. Si Kabayan adalah gambaran seorang pengikut tarekat terutama yang sudah mencapai tingkat sufi. Seorang sufi itu memilih hidup miskin daripada kaya, hina daripada mulia (penganggur dan penidur), menjauhi pergaulan, lapar daripada kenyang (Kabayan suka makan enak), "mati" daripada hidup (kudu bisa paéh saméméh paéh), "bodoh" daripada pintar.
Cerita-cerita Si Kabayan sendiri juga bersifat paradoks. Dari satu sisi cerita Kabayan itu lucu dan mengggelikan, tetapi cerita yang sama memiliki sisi sebaliknya, yakni menyedihkan. Seorang sufi di Timur Tengah abad 9 menyatakan bahwa "kalau kamu mengetahui apa yang saya ketahui, engkau akan sedikit tertawa dan akan banyak menangis". Dunia ini fana, dan carilah yang baka. Jadi, Kabayan dan cerita-ceritanya paradoks, seperti sufisme itu sendiri, penuh pikiran dan peristiwa paradoks. Dengan demikian, cerita-cerita Si Kabayan bukan sembarangan. Cerita-cerita "dongeng" itu sufistik dan pantas disejajarkan dengan cerita para pendahulunya, Abu Nawas dan Koja Nasruddin. Snouck Hurgronje pernah mengumpulkan 121 cerita Si Kabayan yang 80 di antaranya diangkat sebagai disertasi oleh Lina Maria Coster-Wijaman pada tahun 1929. Kumpulan cerita Si Kabayan tak kalah banyak dengan Koja Nasruddin dan Abu Nawas. Amat disayangkan bahwa cerita-cerita Si Kabayan bahkan tak dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Moral cerita ini adalah bahwa ada hal-hal yang tak mungkin diketahui oleh manusia, dan kita tak usah mencoba memasukinya. Dalam Si Kabayan, cerita ala Abu Nawas ini lebih kaya. Kabayan diminta "musuh abadinya" Ki Silah untuk menghitung bintang. Si Kabayan menyuruh Ki Silah untuk menghitung bulu kambing. Lalu Kabayan disuruh mengikat tangannya dengan air. Kabayan mau membuat tali dari air dulu, dan Ki Silah yang harus menyediakan tali itu.
Seperti Nasrudin, Si Kabayan juga memandang mimpi sebagai realitas. Cerita Si Kabayan kadang-kadang jorok-pornografis. Ketika Kabayan sedang memandikan kerbaunya, ia diintip oleh istrinya sedang menyetubuhi kerbaunya. Istrinya marah dan membawa pulang pakaian Kabayan. Ketika Kabayan pulang menggiring kerbaunya, datang rombongan lurah mengadakan gotong royong memotong pohon-pohon bambu. Kabayan bertanya, "Mengapa ramai-ramai itu?" Kata istrinya, "Pak lurah mencari orang yang menyetubuhi kerbau." Kabayan langsung sembunyi di rumpun bambu.
Pertobatan Kabayan semacam itu banyak dijumpai di berbagai cerita. Cerita-cerita Si Kabayan bukan hanya berhenti di tingkat tarekat, tetapi juga memasuki tingkat hakikat. Salah satu ceritanya begini. Kabayan menjumpai mayat seorang cantik di pinggir jalan. Dikiranya perempuan cantik itu naksir padanya karena tersenyum dan terus-menerus menatap Si Kabayan ke mana pun Kabayan berposisi. Ketika Kabayan mau menciumnya, bau tak sedap tercium. Ia mengira perempuan itu kurang minyak wangi. Maka Kabayan pergi ke majikan perempuannya dan minta sedikit minyak wangi. Ketika majikannya bertanya untuk apa, tahulah majikan itu bahwa yang dijumpai Kabayan adalah mayat.
Tokohnya Si Kabayan yang bodoh secara spiritual, dan cerdas-cerdik secara manusia. Pesan cerita Si Kabayan universal karena mistisisme memang universal. Hanya cara mengungkapkannya secara Sunda. Saya kira cerita-cerita Si Kabayan pantas disejajarkan dengan Abu Nawas (cerita kepintarannya) dan Koja Nasruddin (cerita kebodohannya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar